you can change this text here!!
Fine Art of Web Design', this session will lift the lid on web technologies including XHTML, CSS and DOM scripting and show you exactly where they fit in with modern web design. Andy will reveal the lid on web technologies including XHTML, CSS and DOM scripting and show where they fit in with modern web design....
Posted on 23.28
By blognesian di 23.28

TUGAS ETIKA PROFESI

Studi Kasus
1.      Apa sebenarnya kepakaran dari seorang sarjana teknik industri?
2.      Tuliskan karakter-karakter tidak ber-ETIKA menurut kalian dalam kehidupan sehari-hari (beri 5 contoh dan analisa) ?
3.      Tuliskan aktivitas tidak ber-ETIKA professional dalam bekerja (beri 5 contoh dan analisa) ?

Jawaban:

1.      Untuk menjawab apa sebenarnya kepakaran seorang teknik industri, sebelumnya saya akan mendefinisikan arti kepakaran itu sendiri terlebih dahulu. Menurut wikipedia, Kepakaran (expertise) adalah pengetahuan yang ekstensif dan spesifik yang diperoleh melalui rangkaian pelatihan, membaca, dan pengalaman. Pengetahuan membuat pakar dapat mengambil keputusan secara lebih baik dan lebih cepat daripada non-pakar dalam memecahkan problem yang kompleks.
Kepakaran dari seorang sarjana teknik industri dibagi menjadi tiga bagian utama untuk memudahkan penjelasannya:
a.      Teknik industri berfokus kepada perancangan, peningkatan dan instalasi dari sistem terintegrasi yang terdiri atas manusia, material, peralatan dan energi …
Bagian ini mendeskripsikan 3 peran utama yang harus dilakukan seorang teknik industri yaitu merancang, meningkatkan dan menginstalasi sebuah sistem terintegrasi.
Dalam definisi ini dijelaskan bahwa sebuah sistem terintegrasi pasti memiliki minimal 4 komponen (sub-sistem) yaitu manusia, material, peralatan dan energi. Ini berarti semua sistem yang memproduksi atau meningkatkan nilai tambah baik berupa barang maupun jasa adalah obyek yang dikelola oleh teknik industri.
Merancang menunjukkan kemampuan untuk secara kreatif mengkombinasikan pengetahuan yang telah dimiliki kedalam sebuah rancangan sistem. Sistem yang paling klasik yang dirancang adalah sebuah sistem produksi manufaktur, baik hanya sebuah 1 line produksi atau lengkap 1 buah pabrik. Tetapi pada kenyataannya, sistem disini dapat berupa pula sebuah sistem solusi integratif (integrated solution systems), yaitu rancangan solusi yang “khas TI”: rancangan yang multi-perspective, multi-disiplin, multi-approach dan multi-dimensi. Solusi yang multi inilah yang menjadi kekuatan TI. Disinilah letak kemampuan integratif, yang membuat banyak lulusan teknik industri bekerja pada bidang konsultasi.
Meningkatkan dapat diterjemahkan sebagai manajemen. Pakar manajemen mengatakan bahwa ada beda antara administrasi dan manajemen. Administrasi berorientasi untuk mengerjakan hal yang sama terus menerus secara tepat aturan, sedangkan manajemen bermakna ada peningkatan yang harus dilakukan. Berdasarkan definisi ini tentunya manajemen menunjukkan kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah, karena inti dari peningkatan adalah kemampuan memecahkan masalah. Ini mencakup kepekaan mengidentifikasikan masalah, kemampuan analisa dengan berbasis data menggunakan ilmu statistik, berfikir sistem dan lain sebagainya yang berguna dalam memecahkan masalah.
Menginstalasi menunjukkan kemampuan untuk melakukan pendefinisian langkah-langkah yang dibutuhkan untuk melakukan instalasi terhadap rancangan sistem. Menginstalasi membutuhkan ilmu manajemen proyek, walaupun manajemen proyek untuk teknik industri tentu berbeda dengan teknik sipil.
Menginstalasi memaksa seorang teknik industri untuk berfikir jauh kedepan dalam merancang dan meningkatkan sistem. Dalam 7 kebiasaan manusia efektif, konsep ini dikenal sebagai mulailah dari hasil akhir yang diinginkan (Begin With the End in Mind). Penterjemahan konsep ini contohnya adalah design for maintenance, design for manufacture, design for six sigma dsb. yaitu sebuah konsep perancangan yang sudah memasukkan unsur kemudahan pemeliharaan, pembuatannya bahkan pengontrolan kualitasnya sehingga produk dapat lebih cepat diterima oleh pasar dalam kualitas optimal.
b.         Untuk ini dibutuhkan pengetahuan dan keahlian dalam bidang matematika, fisika dan ilmu-imu sosial serta prinsip dan metodologi teknik/rekayasa.
Bagian ini menunjukkan kebutuhan keilmuan dasar untuk mendukung peran seorang teknik industri dan penegasan bahwa teknik industri walaupun erat dengan ilmu sosial masih merupakak bidang teknik. Itulah sebabnya dalam kurikulum teknik industri tahun pertama sarat dengan kuliah-kuliah dasar keteknikan seperti kalkulus, aljabar linear, fisika, kimia dan sebagainya, walaupun muatannya tentunya disesuaikan dengan kebutuhan dari teknik industri.
Prinsip dan metodologi teknik/rekayasa adalah penekanan pada aspek desain, prototyping dan membangun sistem (develop=engineer) yang merupakan ciri khas bidang ilmu teknik. Jika ahli teknik lain membangun sistem nyata (tangible) seperti jembatan, bangunan, mesin dsb, maka ahli teknik industri memiliki tugas yang lebih berat, yaitu membangun yang nyata (pabrik atau proses produksi) tetapi pada saat yang sama membangun yang tidak nyata (intangible) seperti sistem penilaian kinerja, sistem pengembangan SDMnya, perhitungan activity based costingnya, jadwal pemeliharaanya, dsb. Jadi kerjaannya malah lebih berat.
c.       Untuk menspesifikasikan, memprediksi dan mengevaluasi hasil yang diperoleh dari sebuah sistem terintegrasi.
Bagian 3 merupakan sebuah konsekuensi yang logis dari penterjemahan bagian 1 dari definisi teknik industri, yaitu 3 peran utama teknik industri tentunya akan menciptakan sebuah sistem baru atau sistem perbaikan dengan kinerja yang lebih baik. Ini berarti perbaikan atau perancangan harus berorientasi kepada fakta dan data.
Ada 3 permasalahan dalam kinerja, yaitu bagaimana menspesifikasikan kinerja, memprediksi kinerja yang telah dispesifikasikan dan bagaimana mengevaluasinya.
Menspesifikasikan: Kinerja harus dispesifikasikan di awal sebuah perancangan atau peningkatan sistem, karena setiap pihak bisa jadi memiliki perbedaan persepsi terhadap arti kinerja. Seorang ahli keuangan mengatakan kinerja baik dari sebuah sistem adalah penghematan biaya, seorang marketing mengatakan kinerja baik berarti memenuhi kebutuhan pelanggan, seorang manajer produksi mengatakan kinerja baik adalah kesesuaian dengan standard produk. Semua kinerja ini tidak ada yang salah, tetapi semua kinerja ini bisa saling bertentangan dan berakibat sistem tidak akan kemana-mana, sehingga perlu diselaraskan.
Menspesifikasikan, juga berarti seorang teknik industri harus menentukan indikator, cara mendapatkan indikator, merancang cara mencari data, menentukan alat yang digunakan untuk mengukurnya, frekuensi pengukuran dsb.
Memprediksi: setelah dispesifikasikan, tentunya ketika merancang atau meningkatkan sistem kita sudah bisa mendapatkan semacam gambaran bagaimana sistem tadi berfungsi nantinya dan bagaimana kinerjanya. Artinya, kinerjalah yang menjadi patokan anda dalam memperbaiki dan merancang sistemnya, bukan berdasarkan feeling atau malah tidak memiliki dasar sama sekali.
Mengevaluasi: tentunya setelah sistem diperbaiki atau dirancang dan diinstalasi, maka kita perlu melakukan evaluasi secara riil terhadap kinerja yang telah dirancang pada saat awal. Jika kinerja telah dispesifikasikan dengan baik pada saat awal, maka pada langkah ini dijalankan pengevaluasian kinerja. Tentunya hasil dari evaluasi akan menjadi umpan balik dalam perbaikan berikutnya.
Pada akhirnya, tuntutan seorang sarjana teknik industri harus memahami benar makna profesionalisme. Sikap yang harus dijalankan oleh seorang insinyur yang menjunjung tinggi kode etik seorang insinyur yang professional yaitu: senantiasa mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, bekerja sesuai dengan kompetensinya, dan dapat dipertanggungjawabkan.

2.      Etika sebagai sebuah nilai yang menjadi pegangan seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah laku di dalam kehidupan kelompok, tentunya tidak akan terlepas dari tindakan-tindakan tidak etis. Karakter-karakter tidak ber-ETIKA  dalam kehidupan sehari-hari antara lain:
a.      Membuang sampah tidak pada tempatnya;
Tidak boleh sembarangan dan punya aturan dan etika yang harus diikuti agar tidak menimbulkan masalah dengan lingkungan dan sosial kemasyarakatan sekitar. Butuh peran serta aktif dari masyarakat untuk membantu pemerintah untuk menanggulangi masalah sampah. Saya pernah mendengar cerita dari teman saya yang pernah ke jepang. Dia bercerita bahwa disana menjujung tinggi nilai etika dan etos kerja. Salah satu karakter yang menunjukkan nilai etika orang disana adalah terdengar sepele, yaitu pantang membuang sampah sembarangan. Jika mempunyai bekas sampah kemasan yang habis dipakai, mereka mengantonginya sampai ketemu tempat sampah. Saya yakin orang di indonesia pun mengetahui bahwa buang sampah harus pada tempatnya. Terdengar klise, tetapi faktanya permasalahan seperti banjir serta banyak lingkungan kotor akibat sampah masih banyak di indonesia. Jadi, saya menyimpulkan ini merupakan karakter tidak ber-etika yang sering banyak kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang harus diobati pada SDM negara kita.
b.      Pemarah
Kerapkali seseorang berwatak pemarah dan emosional tidak menyesuaikan pada tempatnya. Tindakan karakter tidak ber-etika ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut Jan Hoesada (2002), Tindakan tidak etis juga bisa muncul karena faktor perilaku dan kebiasaan individu. Perilaku dan kebiasaan individu, tanpa memperhatikan faktor lingkungan di mana individu tersebut berada.
Faktor lainnya yaitu lingkungan tidak etis. Suatu lingkungan dapat mempengaruhi orang lain yang berada dalam lingkungan tersebut untuk melakukan hal serupa. Lingkungan tidak etis ini terkait pada teori psikologi sosial, di mana anggota mencari konformitas dengan lingkungan dan kepercayaan pada kelompok.
c.       Melanggar aturan lalu lintas dalam berkendara
Banyak sekali para pemakai kendaraan bermotor yang nekat memasuki jalur busway, padahal sudah ada UU yang mengancam siapa saja yang melewati jalur busway. Sudah banyak peraturan yang dikeluarkan oleh PEMDA DKI untuk melakukan penertiban dalam berlalu lintas. Namun masyarakat yang kurang taat, menjadikan peraturan itu seolah tidak berlaku buat mereka.
Ternyata pelanggaran seperti itu masih sering terjadi dalam keseharian mereka dan itu melanggar etika berlalu lintas. Tindakan pelangaran terhadap etika seperti beberapa contoh diatas akan mendapatkan beberapa jenis sanksi, yaitu sanksi sosial maupun sanksi hukum.
d.      Egois
Seringkali merendam rasa karakter egois manusia diperlukan agar tidak menimbulkan  konflik antar manusia. Mau menerima masukan dari orang lain, dan mau bekerja sama dalam kelompok merupakan contoh keseharian yang diperlukan dengan menyingkirkan sifat egois. Karakter egois merupakan karakter tidak ber-etika yang sering kita temui sehari-hari.
e.      Mencuri
Karakter mental ini termasuk salah satu karakter tidak ber-etika yang dapat merugikan orang lain. Kebutuhan individu merupakan faktor utama penyebab terjadinya tindakan-tindakan tidak etis.  Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai berita tentang mencuri. Contohnya, mencuri dalam skala besar, seseorang bisa saja melakukan korupsi untuk mencapai kebutuhan pribadi dalam kehidupannya. Sebuah keinginan yang tidak terpenuhi itulah yang memancing individu melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis dan mendapat sanksi hukum.

3.      Aktivitas-aktivitas tidak ber-ETIKA professional dalam bekerja antara lain:
a.         Tidak bekerja secara jujur dan tidak dapat dipercaya: Contohnya, memanipulasi data keuangan perusahaan merupakan perilaku yang tidak ber-etika dan tidak profesional. Kecurangan yang dilakukan telah banyak melanggar prinsip etika etika profesi, diantaranya melanggar prinsip integritas dan perilaku profesional. Selain merugikan perusahaan, dapat mendapatkan sanksi sosial maupun hukum karena tidak bekerja sesuai kode etik bekerja.
b.      Bekerja dengan tidak bertanggungjawab: Contohnya, Tugas yang diberikan atasan tidak dilaksanakan dengan maksimal bahkan mengabaikannya. Sikap tidak ber-etika profesional ini dapat menghambat tujuan perusahaan serta merugikan orang lain atau rekan kerjanya.
c.       Segala kepentingan pribadi yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan: Suatu konflik atas kepentingan dapat timbul bila pekerja mempunyai, secara langsung maupun tidak langsung kepen­tingan pribadi di dalam mengambil suatu keputusan, dimana keputusan tersebut seharusnya diambil secara objektif, bebas dari keraguan dan demi kepentingan terbaik dari perusahaan. Konflik kepentingan muncul saat kepentingan pribadi pegawai mendorongnya melakukan tindakan yang mungkin bukan merupakan tindakan yang terbaik bagi perusahaan, dan tidak melulu selalu berkaitan dengan masalah uang. Contohnya adalah segala konsultasi atau hubungan lain yang signifikan dengan, atau berkeinginan  mengambil   andil  di  dalam pemasok,  pelanggan  atau competitor, segala penjualan pada atau pembelian dari perusahaan yang bersifat pribadi, dll
d.      Melanggar peraturan dalam tempat bekerja: Peraturan dibuat untuk para pekerja tidak menyimpang serta mengefisiensikan agar mencapai tujuan perusahaan. Tidak mentaati peraturan menunjukkan tidak ber-etika dalam bekerja professional.
e.      Mengabaikan standar teknis dan kehati-hatian profesional: Kompetensi yang dipunyai seorang profesional wajib dimilki dalam bekerja. Melanggar pedoman atau prosedur dibidangnya akan menimbulkan tindakan tidak etis. Contoh konkretnya di dalam kode etik jurnalistik misalnya, jelas telah disebutkan dalam pasal 5 agar tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan. Apalagi pelakunya tersebut masih dibawah umur. Tetapi pada kasus selebriti anak Ahmad dhani, banyak media yang menyebutkan identitas aslinya. Untuk di bidang industri, standar teknis yang tidak ber-etika juga banyak ditemukan pada masalah limbah pabrik yang tidak dibuang pada tempatnya/ sebagaimana mestinya.